“Banjir Lagi..”
Lihatlah kami disini.
Berteman banjir setiap hari.
Berjalan menuju tempat pengungsian.
Mencari tempat perlindungan..
Lihatlah kami disini.
Berteman banjir setiap hari.
Berjalan menuju tempat pengungsian.
Mencari tempat perlindungan..
Lihatlah generasi muda bangsa.
Yang berteman banjir kesekolahnya.
Menggenangi beranda dunia.
Tapi mereka tetap merintis mimpi dunia..
Yang berteman banjir kesekolahnya.
Menggenangi beranda dunia.
Tapi mereka tetap merintis mimpi dunia..
Anak-anak SD yang tiada tahu apa-apa.
Akan kerakusan para pemilik kuasa.
Membabat hutan dengan jumawa.
Tertawa ditempat istananya..
Akan kerakusan para pemilik kuasa.
Membabat hutan dengan jumawa.
Tertawa ditempat istananya..
alam
alam.. sungguh indah pemandanganmu
penyejuk didalam hatiku
indah dipandang
ini semua karunia tuhan
gemercik air
suara orang berjalan
dan kencangnya angin malam
membuat hatiku tenang
padi yang menguning
tanah yang subur
hewan hewan yang melintas
menambah keindahan alam ciptaan tuhan
alam.. sungguh indah pemandanganmu
penyejuk didalam hatiku
indah dipandang
ini semua karunia tuhan
gemercik air
suara orang berjalan
dan kencangnya angin malam
membuat hatiku tenang
padi yang menguning
tanah yang subur
hewan hewan yang melintas
menambah keindahan alam ciptaan tuhan
BANCANA MELANDAKU
Puisi Tanpa Nama
Puisi Tanpa Nama
Lewat suara gemuruh diiringi debu bangunan yang runtuh
Tempatku nan asri terlindas habis
Rumah dan harta benda serta nyawa manusia lenyap
Kau lalap habis aku kehilangan segalanya
Tempatku nan asri terlindas habis
Rumah dan harta benda serta nyawa manusia lenyap
Kau lalap habis aku kehilangan segalanya
Mata manusia sedunia terpengarah, menatap dan heran
Memang kejadian begitu dahsyat
Bantuan dan pertolongan mengalir
Hati manusia punya nurani
Memang kejadian begitu dahsyat
Bantuan dan pertolongan mengalir
Hati manusia punya nurani
Tuhan , mengapa semua ini terjadi ?
Mungkin kami telah banyak mengingkari-Mu
Mungkin kamu terlalu bangga dengan salah dan dosa
Ya, Tuhan ampunilah kami dalam segalanya
Mungkin kami telah banyak mengingkari-Mu
Mungkin kamu terlalu bangga dengan salah dan dosa
Ya, Tuhan ampunilah kami dalam segalanya
“Situ Gintung”
Tujuh puluh sembilan tahun silam.
Engkau diciptakan oleh penguasamu.
Untuk mensejahterakan, lewat airmu.
Kini..
Engaku telah rusak.
Wajah ayumu nan sirna.
Engkau dijajah.
Dipaksa untuk muram.
Airmatamu tak kuasa kau bendung.
Murkamu kau tumpahkan pada orang yang tak berdosa..
Engkau diciptakan oleh penguasamu.
Untuk mensejahterakan, lewat airmu.
Kini..
Engaku telah rusak.
Wajah ayumu nan sirna.
Engkau dijajah.
Dipaksa untuk muram.
Airmatamu tak kuasa kau bendung.
Murkamu kau tumpahkan pada orang yang tak berdosa..
Situ Gintung, taukah kamu..
Kau marah pada orang yang salah.
Kau murka pada orang yang tak berdosa.
walaupun aku tau itu hanya peringatanmu.
Kemurkaan dan keangkaraan manusia..
Kau marah pada orang yang salah.
Kau murka pada orang yang tak berdosa.
walaupun aku tau itu hanya peringatanmu.
Kemurkaan dan keangkaraan manusia..
Puisi tentang banjir bagian kedua
Mengapa?
Mengapa sungai kian dangkal
Mengapa sungai kian dangkal
Sementara Bumi kian rapuh
Dalam alirannya yang kian mengeruh
Menjajah lekukan bumi yang menua
Diseberang sana, ada harapan tentang kehidupan
Yang kemudian terluluh lantakkan karena keserakahan
Hutan kian kikis
Hijau pemandangan kian menipis
Di seberang sana,
tanah yang tandus menua dalam kegersangan
Terkejut saat hujan melanda
Hanya bisa diam menyaksikan badai dan air menerjang segala
puisi bencana alam
Bencana Alam
Kenapa
Ketika tuhan memberi pertanda
Kami tak peka terhadapnya
Ketika tuhan memberi peringatan
Kami pun acuh karenanya
Lalu kau porak porandakan isi dunia
gunung – gunung menghamburkan baranya
Lautan menumpahkan cairannya
Bumi menggoyangkan perutnya
Kami meronta – ronta dan merintih
Menggoreskan kabar kelam dalam hati
Tak banyak mahklukmu yang sadar
Bahkan mereka masih tetep melawanmu
Alam,
Banyak yang telah kau beri
Kayu, Minyak, Batubara
Dan segalanya
Namun, kini tlah tiada
Setelah bencana di mana-mana
Bangunan, Pohon dan segalanya
Rusak sudah
Maafkan kami manusia
Yang telah merusakmu
Kami kan berjanji akan merawatmu
Situ Gintung
Mereka yang berlari
Menghindari Mati
Berharap napas kan terpanjang
Walau hanya sedetik, lagi
Menghindari Mati
Berharap napas kan terpanjang
Walau hanya sedetik, lagi
Mereka lalu terdiam
Tersesak, Tertangis
Dan Mereka ditanya
Aku terdiam menanya
Tersesak, Tertangis
Dan Mereka ditanya
Aku terdiam menanya
Kenapa
Saat ku duduk
Lalu melihat keatas
Mereka Tersenyum
Lalu melihat keatas
Mereka Tersenyum
Puisi bencana
Kami tak peka terhadapnya
Ketika tuhan memberi peringatan
Kami pun acuh karenanya
Lalu kau porak porandakan isi dunia
gunung – gunung menghamburkan baranya
Lautan menumpahkan cairannya
Bumi menggoyangkan perutnya
Kami meronta – ronta dan merintih
Menggoreskan kabar kelam dalam hati
Tak banyak mahklukmu yang sadar
Bahkan mereka masih tetep melawanmu